Friday 17 May 2013

Bahasa Arab Mesti Tidak Hanya Bahasa Agama


Bahasa Arab Mesti Tidak Hanya Bahasa Agama
Perlu kita sikapi bersama bahasa arab selama ini hanya terbawa oleh glombang dan menopang kepada kebesaran perkembangan agama yaitu islam. Sehingga hal ini menjadi nuansa yang dijadikan sebagai paradigma berfikir oleh kebanyakan orang bahwasanya orang-orang yang mempelajari bahasa arab adalah orang-orang yang belajar dan mempelajari agama saja. Paradigma berfikir seperti ini berkembang di masyarakat, khususnya Indonesia.
Kita kaji secara mendalam bahasa arab salah satu bahasa yang mendunia banyak hal yang akan memberikan manfaat kepada mereka yang mempelajarinya baik dari segi kedunian yang menjadi tolak ukur bagi manusia diseluruh penjuru dunia. Setelah dianalisa dunia globalisasi saat ini adalah dunia propesionalisasi artinya orang-orang slalu berfikir sesuatu yang dikerjakan harus dikerjakan oleh orang-orang yang ahli dibidangnya. Jadi, para pelajar dan orang tua dipengaruhi oleh paradigma berfikir kalo belajar ini, bagaimana prospeknya untuk masa depan? (MATERIL)
Maka dapat kita simpulkan bahwa manusia hari ini adalah manusia-manusia yang berfikir duniawi, apurtunis dan lain sebagainya dengan mengenyampingkan spiritual ketuhanan atau pun dunia selain bumi ini. Harus kita sadari bahwa kedudukan bahasa arab mempunyai dua fungsi utama dalam kehidupan manusia, yang pertama adalah fungsi keduniaan dan yang kedua adalah fungsi yang paling urgen adalah sebagai alat untuk memahami ilmu agama. Karna jelas bahasa arab berkedudukan istimewa dalam agama yang mayoritas dianut oleh umat manusia dibumi ini. Maka para pakar bahasa arab baik para akademisi bahasa arab maupun para ulama yang mempelajari agama secara mendalam yaitu para mujtahid. Karna salah satu yang menjadi syarat bisanya seseorang berjtahid adalah menguasai bahasa arab dengan baik.
Maka mereka selalu berpegang dan bersemboyan ketika memotivasi untuk belajar bahasa arab karna bahasa arab adalah bahasa alqur’an dan hadits serta bahasa arab adalah bahasa surge ataupun agama. 
Dalam hal ini, pemikiran seperti ini bukanlah suatu hal yang keliru. Namun yang harus kita kritisi adalah dengan melihat dualisme fungsi bahasa arab yang telah kita jelaskan diatas, maka dalam tulisan ini penulis mengajak para pakar dan praktisi pendidikan maupun akademisi yang berkonsentrasi mengajarkan atau mempelajari bahasa arab baik dipesantern maupun di Madrasah sama-sama kita analisa realita hari ini. Dengan catatan tidak mengenyampingkan paradogs pemikiran yang mebelengguh cara berfikir kita selama ini.
Masyarakat modern yang sacral kita sebut globalisasi dengan hidup tanpa batas yang akan memunculkan gesekan-gesekan antar bangsa dan budaya serta banyak lagi tantangannya harus dihadapi secara komprehensif dan harus dianalisa secara tafsiliyah sesuai dengan bidang keahlian kita masing-masing. Bahasa arab dalam hal ini, tentu persaingan nya dengan bahasa-bahasa yang ada dan yang sedang berkembang tak akan ketinggalan bersaing diera ini. Maka itu bahasa arab harus membuming tidak hanya sebagai bahasa agama tapi juga bahasa yang dibudayakan sebagai life style, bahasa yang melekat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian paradigma atau pola pikir masyarakat akan akrab dengan bahasa arab.